Hibrida adalah
produk persilangan antara dua tetua padi yang berbeda secara genetik. Apabila
tetua-tetua diseleksi secara tepat maka hibrida turunannya akan memiliki vigor
dan daya hasil yang lebih tinggi daripada kedua tetua tersebut.
Keunggulan
dari benih hibrida adalah:
-
hasil yang lebih tinggi daripada hasil benih unggul biasa, dan
-
vigor lebih baik sehingga lebih kompetitif terhadap gulma.
Kekurangan
dari benih hibrida adalah:
-
harga benihnya mahal,
-
petani harus membeli benih baru setiap tanam, karena benih hasil panen
sebelumnya
tidak dapat dipakai untuk pertanaman berikutnya.
Untuk
memproduksi hibrida, perlu ada:
1.
sistem produksi dan distribusi benih nasional,
2.
program jaminan mutu nasional, dan
3.
kemampuan nasional untuk mengawasi produksi galur dan benih.
Untuk
memproduksi benih hibrida, perlu ada:
1.
Galur mandul jantan (GMJ atau Galur A atau CMS line) – varietas padi
tanpa serbuk sari yang hidup dan berfungsi yang dianggap sebagai tetua betina
dan menerima serbuksari dari tetua jantan untuk menghasilkan benih hibrida.
2.
Galur Pelestari (Galur B atau Maintainer Line) – varietas atau galur yang
berfungsi untuk memperbanyak atau melestarikan keberadaan GMJ.
3.
Tetua jantan (Restorer) – varietas padi dengan fungsi reproduksi normal yang
dianggap sebagai jantan untuk menyediakan serbuksari bagi tetua betina di lahan
produksi benih yang sama.
4.
Benih padi hibrida dapat dihasilkan (diproduksi) dengan cara menyilangkan
antara GMJ dengan Restorer yang terpilih secara alami di lapang.
Pertimbangan
utama dalam pengelolaan benih hibrida mencakup:
1.
Sinkronisasi saat berbunga. Kedua tetua harus berbunga pada saat yang
sama. Oleh karena itu, tanggaltanggal penanaman dari kedua tetua seringkali
harus bervariasi.
2.
Penyerbukan tambahan. Untuk membantu penyebaran serbuksari, tali atau
kayu seringkali digunakan untuk meningkatkan penyebaran serbuksari dari galur
tetua jantan ke tetua betina.
3.
Aplikasi Giberellic Acid (GA). GA meningkatkan munculnya malai betina
dari pelepah daun yang meningkatkan kemampuan tetua betina untuk menerima
serbuksari dari tetua jantan.
4.
Rouging (seleksi). Tujuannya untuk memperoleh hasil benih yang murni. Rouging
dilakukan sejak fase vegetatif sampai menjelang panen. Periode paling
kritis adalah antara sejak mulai keluar bunga sampai dengan fase tetua jantan
tidak menghasilkan serbuksari lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar