Senin, 05 Maret 2012

Benih Hibrida Kelebihan dan kekurangan (AH)

Hibrida adalah produk persilangan antara dua tetua padi yang berbeda secara genetik. Apabila tetua-tetua diseleksi secara tepat maka hibrida turunannya akan memiliki vigor dan daya hasil yang lebih tinggi daripada kedua tetua tersebut.
Keunggulan dari benih hibrida adalah:
- hasil yang lebih tinggi daripada hasil benih unggul biasa, dan
- vigor lebih baik sehingga lebih kompetitif terhadap gulma.
Kekurangan dari benih hibrida adalah:
- harga benihnya mahal,
- petani harus membeli benih baru setiap tanam, karena benih hasil panen
sebelumnya tidak dapat dipakai untuk pertanaman berikutnya.
Untuk memproduksi hibrida, perlu ada:
1. sistem produksi dan distribusi benih nasional,
2. program jaminan mutu nasional, dan
3. kemampuan nasional untuk mengawasi produksi galur dan benih.
Untuk memproduksi benih hibrida, perlu ada:
1. Galur mandul jantan (GMJ atau Galur A atau CMS line) – varietas padi tanpa serbuk sari yang hidup dan berfungsi yang dianggap sebagai tetua betina dan menerima serbuksari dari tetua jantan untuk menghasilkan benih hibrida.
2. Galur Pelestari (Galur B atau Maintainer Line) – varietas atau galur yang berfungsi untuk memperbanyak atau melestarikan keberadaan GMJ.
3. Tetua jantan (Restorer) – varietas padi dengan fungsi reproduksi normal yang dianggap sebagai jantan untuk menyediakan serbuksari bagi tetua betina di lahan produksi benih yang sama.
4. Benih padi hibrida dapat dihasilkan (diproduksi) dengan cara menyilangkan antara GMJ dengan Restorer yang terpilih secara alami di lapang.
Pertimbangan utama dalam pengelolaan benih hibrida mencakup:
1. Sinkronisasi saat berbunga. Kedua tetua harus berbunga pada saat yang sama. Oleh karena itu, tanggaltanggal penanaman dari kedua tetua seringkali harus bervariasi.
2. Penyerbukan tambahan. Untuk membantu penyebaran serbuksari, tali atau kayu seringkali digunakan untuk meningkatkan penyebaran serbuksari dari galur tetua jantan ke tetua betina.
3. Aplikasi Giberellic Acid (GA). GA meningkatkan munculnya malai betina dari pelepah daun yang meningkatkan kemampuan tetua betina untuk menerima serbuksari dari tetua jantan.
4. Rouging (seleksi). Tujuannya untuk memperoleh hasil benih yang murni. Rouging dilakukan sejak fase vegetatif sampai menjelang panen. Periode paling kritis adalah antara sejak mulai keluar bunga sampai dengan fase tetua jantan tidak menghasilkan serbuksari lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar